Sabtu, 28 Januari 2017

Khas Gili Ketapang Probolinggo



Krupuk Cumi-Cumi Gili Ketapang 

 

 


PULAU GILI KETAPANG
Pulau Gili ketapang itu sebuah pulau yang indah dan mempesona akan pemandangan alamnya.Gili adalah pulau indah di Selat Madura, tepatnya 8 km di lepas pantai utara Probolinggo. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ketapang (atau dikenal dengan sebutan Gili Ketapang) adalah sebuah pulau Luas wilayahnya sekitar 68 ha, dan jumlah penduduknya 7.600 jiwa (2004), yang sebagian besar adalah Suku Madura dan bermatapencaharian sebagai nelayan. Penduduk pulau ini dikenal relatif makmur. Gili Ketapang merupakan salah satu tujuan wisata alam di Kabupaten Probolinggo. Pulau terebut dihubungkan dengan Pulau Jawa dengan perahu motor melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
KRUPUK CUMI-CUMI GILI KETAPANG
Kerupuk unik dan menarik  ini memiliki rasa yang gurih, mantap sebagai Oleh-Oleh ketika berkunjung ke Pulau Gili Ketapang, Selain lezat, kerupuk cumi ini juga menyehatkan karena terdapat banyak kandungan gizi dalam cumi cumi. Kami menyediakan kerupuk cumi mentah dalam bentuk kemasan ekonomis. Satu kemasan seperti gambar disamping dengan ukuran 2 on 1/2 atau seperempat Kilo
Selain Pulau Gili ketapang  mempunyai  keindahan alam. Gili ketapang juga memiliki Krupuk Khas yang saat ini juga menjadi incaran pengunjung dan buat teman-teman yang mau berkunjung ke pulau Gili ketapang Probolinggo jangan bingung masalah Oleh-oleh. karena di Gili Ketapang telah menyediakan Krupuk Cumi-cumi khas Gili  yang Gurih dan leza








Rabu, 28 Desember 2016

khas Gili Ketapang Krupuk Cumi-Cumi

PULAU GILI KETAPANG
Pulau Gili ketapang itu sebuah pulau yang indah dan mempesona akan pemandangan alamnya.Gili adalah pulau indah di Selat Madura, tepatnya 8 km di lepas pantai utara Probolinggo. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ketapang (atau dikenal dengan sebutan Gili Ketapang) adalah sebuah pulau Luas wilayahnya sekitar 68 ha, dan jumlah penduduknya 7.600 jiwa (2004), yang sebagian besar adalah Suku Madura dan bermatapencaharian sebagai nelayan. Penduduk pulau ini dikenal relatif makmur. Gili Ketapang merupakan salah satu tujuan wisata alam di Kabupaten Probolinggo. Pulau terebut dihubungkan dengan Pulau Jawa dengan perahu motor melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
KRUPUK CUMI-CUMI GILI KETAPANG
Kerupuk unik dan menarik  ini memiliki rasa yang gurih, mantap sebagai Oleh-Oleh ketika berkunjung ke Pulau Gili Ketapang, Selain lezat, kerupuk cumi ini juga menyehatkan karena terdapat banyak kandungan gizi dalam cumi cumi. Kami menyediakan kerupuk cumi mentah dalam bentuk kemasan ekonomis. Satu kemasan seperti gambar disamping dengan ukuran 2 on 1/2 atau seperempat Kilo
Selain Pulau Gili ketapang  mempunyai  keindahan alam. Gili ketapang juga memiliki Krupuk Khas yang saat ini juga menjadi incaran pengunjung dan buat teman-teman yang mau berkunjung ke pulau Gili ketapang Probolinggo jangan bingung masalah Oleh-oleh. karena di Gili Ketapang telah menyediakan Krupuk Cumi-cumi khas Gili  yang Gurih dan lezat




Jumat, 13 Mei 2016

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
            Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. [[1]]Pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat terprogram, terstruktur dan berlangsung di persekolahan  dalam rangka mempersiapkan anak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Sedangkan pendidikan informal yaitu pendidikan yang bersifat tidak terprogram, tidak terstruktur dan berlangsung kapanpun dan dimana pun  dalam rangka mempersiapkan anak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Selanjutnya, berbicara tentang pendidikan yaitu berbicara tentang bagaimana membentuk karakter manusia bagaimanapun caranya menjadi apa yang diinginkan. Sedangkan karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor yang ada, dan di antaranya adalah lingkungannya. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, disebabkan oleh karena mereka tumbuh di lingkungan yang berbeda. Jadi dapat dikaitkan bahwa dominasi lingkungan  sangat berpengaruh pada pendidikan seseorang. Adapun, lingkungan pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Keadaan psikologis anak didik yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan social, dan tentu oleh lingkungan sekolahnya. Para pendidik secara langsung dapat mempengarugi psikologis anak didik, misalnya pendidik yang terkesal galak, mudah tersinggung dan kurang kreatif, akan menyebabkan anak didiknya menjadi kurang menyukai mata pelajaran yang disampaikan atau kurang menyukai pendidiknya secara pribadi. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergitas antara anak didik dengan semua lingkungan disekitarnya. Bahkan buku bacaan yang diwajibkan kepada anak didik agar dibaca dan dipelajari akan memberikan pengaruh psikologis anak didiknya. Oleh sebab itu semua yang berkaitan dengan lingkungan anak didik memberikan pengaruh kepada anak didik secara langsung atau tidak langsung.[[2] ]
B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa rumusan masalah yaitu :
1.       Apa pengertian tentang lingkungan pendidikan?
2.       Apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat?
3.       Bagaimana peran pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat ?
4.       Bagaimana hubungan keluarga , sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan ?

C.      Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah dapat diketahui tujuan pembahasan materi ini yaitu :
1.       Mengetahui pengertian tentang lingkungan pendidikan.
2.       Mengetahui tentang pengertian dari lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat
3.       Mengetahui peran lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
4.       Memgetahui hubungan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan.

D.      Manfaat
Penulisan makalah ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.       Menambah wawasan tentang  pengantar ilmu pendidikan
2.       Meningkatkan pemahaman tentang materi pengantar ilmu pendidikan tentang lingkungan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah segala seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[[3]]
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya bina, mendapat awalan pe dan akhiran an, yang maknanya dari sifat perbuatan membina atau melatih, mengajar, dan mendidik itu sebdiri. Oleh karena itu pendidikan merupakan pembinaan, pengajaran, dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.
                                             
Pendidikan secara terminology dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan yang ditujukan kepada semua peserta didik secara formal maupun nonformal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya dalam bermasyarakat.[[4] ]

B.     Macam- macam Lingkungan Pendidikan

Peran Lingkungan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Islam Manusia adalah “makhluk sosial”. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut. Khalaqa al-insaana min ‘alaq bukan hanya diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal darah” atau “sesuatu yang berdempet di dinding rahim”, akan tetapi juga dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup sendiri”.[[5]]
Soemanto, memberi penjelasan lebih luas sambil mengetengahkan beberapa pandangan yang memungkinkan untuk dimengerti tentang batasan-batasan arti lingkungan, yaitu: mencakup segala material dan stimulasi di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisikologis, psikologis maupun sosio-kultural. Secara fisikologis lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti: gizi, vitamin, air, zat, asam, suhu, system saraf, perbedaan darah, pernapasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuannya maupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan belajar, pendidikan pengajaran, bimbingan dan penyuluhan, adalah termasuk lingkungan ini.[[6]]
Pendapat ini memberi gambaran bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah semua peristiwa yang terjadi pada anak didik dalam kehidupannya, dan peristiwa tersebut dapat disebabkan oleh segala yang tampak dari alam fisik baik dari makhluk hidup , makhluk tak hidup atau benda mati. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Zuhairini, bahwa lingkungan alam sekitar di mana anak didik berada, yang mempunyai pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya.[[7]]
Adapun, lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah dan lingkungan pendidikan masyarakat.
1.      Lingkungan keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia lingkungan keluarga pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.  Didalam keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya yang berbunyi:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَإِنَّمَا أَبَوَاهُ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُهَـوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ.
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”

Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidiknya.[[8]]

Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak akan diminta pertanggungjawaban atas pendidikan anak-anaknya.

Dalam hadist lain juga disebutkan :
عَلِّمُوْا أَوْلَادَكُمُ السِّبَاحَـةَ وَالرِّمَايَـةَ (رواه الزيلني)
Artinya:Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah” (HR. Zailani)

Yang dimasud dengan berenang dan memanah dalam hadist ini adalah kewajiban orang tua untuk mendidiknya dalam pendidikan agama dan pendidikan umum, termasuk di dalamnya adalah pendidikan keterampilan.[[9]]

2.      Lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga, karena semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya sebagian kepada lembaga sekolah. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran didalam keluarga. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah orang tua menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah.[[10]]
Sekolah juga adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena makin besar kebutuhan anak, maka orangtua menyerahkan tanggungjawabnya sebagian kepada lembaga sekolah ini. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran didalam keluarga.
Tugas guru dan pemimpin sekolah disamping memberikan ilmu pengetahuan pengetahuan, keterampilan dan juga mendidik anak beragama. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik.
Pendidikan budi pekerti dan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah sekolah haruslah merupakan kelanjutan, setidak tidaknya jangan bertentangan dengan  apa yang diberikan dalam keluarga.[[11]]
Tugas guru dan pemimpin sekolah di samping memberikan ilmu pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, juga mendidik anak beragama. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik. Pendidikan budi pekerti dan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah haruslah merupakan kelanjutan, atau setidak-tidaknya jangan bertentangan dengan apa yang diberikan dalam keluarga.
Bagi setiap muslim yang benar-benar beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, mereka berusaha untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang diberikan pendidikan agama. Dalam hal ini mereka mengharapkan agar anak didiknya kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam atau dengan kata lain berkepribadian muslim. Yang dimaksud dengan berkepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya baik tingkahlakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdiannya kepada Tuhan dan penyerahan diri hanya kepada-Nya.

3.      Lingukuangan masyarakat
Masyarakat adalah himpunan individu dan kumpulan keluarga yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu, hidup bersama dengan landasan peraturan yang berlaku dalam lingkungannya. Oleh karena itu masyarakat dapat diartikan sebagai institusi social yang mewadahi berbagai tindakan individu, mempersamakan persepsi tentang tujuan berkelompok dan melakukan tugas serta fungsi social sesuai dengan kesepakatan yang terjadi dilingkungan sosialnya masing-masing.[[12]]
masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Pendidikan ini telah dimulai sejak anak-anak untuk beberapa jam sehari lepas dari asuhan keluarga dan berada diluar sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang naik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadar atau tidak mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai nilai kesusilaan dan keagamaan didalam masyarakat.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini bisa dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik secara sadar atau tidak telah mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan dan keagamaan di dalam masyarakat.[[13]]

C.     Pembinaan Lingkungan dalam Pendidikan Islam.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, maka ketiga lembaga atau lingkungan pendidikan yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan social  perlu bekerja sama secara harmonis. Orang tua di tingkat keluarga harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama dalam aspek keteladanan dan pembiasaan serta penanaman nilai-nilai. Orang tua juga harus menyadari tanggung jawabnya dalam mendidik anak-anaknya tidak sebatas taat beribadah kepada Allah semata, seperti shalat, puasa, dan ibadah-ibadah khusus lainnya, akan tetapi orang tua juga memperhatikan pendidikan bagi anaknya sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam. Termasuk di antaranya mempersiapkan anaknya memiliki kemampuan dan keahlian sehingga ia dapat menjalankan hidupnya sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah fil ardhi serta menemukan kebahagiaan yang hakiki, dunia dan akhirat. Selain itu, orang tua juga dituntut untuk mempersiapkan anaknya sebagai anggota masyarakat yang baik, sebab, masyarakat yang baik berasal dari individu-individu yang baik sebagai anggota dari suatu komunitas masyarakat itu sendiri.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dan pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abu Hurairah:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Namun, kedua orang tuanya (mewakili lingkungan) mungkin dapat menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi lingkungan yang pengaruhnya dapat sangat kuat sehingga sangat mungkin dapat mengalahkan fitrah.[14]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari tiga hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga sangat diperlukan pembentukannya sehingga ia mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kemudian, orang tua harus menyadari pentingnya sekolah dalam mendidik anaknya secara profesional sehingga orang tua harus memilih pula sekolah yang baik dan turut berpartisipasi dalam peningkatan sekolah tersebut.
Sementara itu, sekolah atau madrasah juga berperan penting dalam proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, yang pada hakikatnya sebagai institusi yang menyandang amanah dari orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan pendidikan yang profesional sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik pendidikan Islam. Sekolah harus mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian bagi peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik itu sendiri.
Begitu pula, masyarakat dituntut perannya dalam menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman dan peduli terhadap pendidikan. Masyarakat diharapkan terlibat aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan yang ada di sekitarnya. Kemudian, ketiga lingkungan pendidikan tersebut harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga terbentuklah pendidikan terpadu yang diikat dengan ajaran Islam. Dengan keterpaduan seperti itu, diharapkan amar ma’ruf nahi mungkar dalam komunitas masyarakat tersebut dapat ditegakkan sehingga terwujudlah masyarakat yang diberkahi dan tatanan masyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafuur.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.       Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah segala seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang

2.       Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia lingkungan keluarga pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.  Didalam keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya yang berbunyi:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَإِنَّمَا أَبَوَاهُ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُهَـوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ.
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”

Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidiknya

3.      Masyarakat adalah himpunan individu dan kumpulan keluarga yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu, hidup bersama dengan landasan peraturan yang berlaku dalam lingkungannya. Oleh karena itu masyarakat dapat diartikan sebagai institusi social yang mewadahi berbagai tindakan individu, mempersamakan persepsi tentang tujuan berkelompok dan melakukan tugas serta fungsi social sesuai dengan kesepakatan yang terjadi dilingkungan sosialnya masing-masing

4.      Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari tiga hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga sangat diperlukan pembentukannya sehingga ia mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kemudian, orang tua harus menyadari pentingnya sekolah dalam mendidik anaknya secara profesional sehingga orang tua harus memilih pula sekolah yang baik dan turut berpartisipasi dalam peningkatan sekolah tersebut.z



DAFTAR PUSAKA
Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:Pustaka Setia. 2009
Abdullah nasih ulwam. Pendidikan anak dalam islam. Jakarta: pustaka amani. 1995
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam  Jakarta: Bumi Aksara, 1996,
Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:  Bumi Aksara,1992
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),  Jakarta: Rineka Cipta, 1990




[[2] ] Hasan basri, filsafat pendidik islam. Pustaka setia.2009. Hal. 95
[[3] ]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Cet. 3; Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 80
[[4] ] Abdullah Ulwam. Pendidikan anak dalam islam. Pustaka amani. 1995. Hal 62
[[5] ] Umat (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 421-422.[2]Omar Muhammad al-Toumy al- M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 136.
[[6] ] Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 3; Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 3.

[[7] ] Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 3; Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 5
[[8] ] Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:  Bumi Aksara,1992),177.

[[9]] Ibid.,178.
[[10]] Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:  Bumi Aksara,1992), 179
[[11]]Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: CV Yulina, 1984) h. 176-177
[[12] ] zainmasrifah.blogspot.co.id/2013/02/pemikiran-filosofis-tentang-lingkungan.html
[13] Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan…,. 180
[14] annisahidayat.wordpress.com/2010/05/05/peran-lingkungan-dalam-penyelenggaraan-pendidikan-islam-2/

Minggu, 08 Mei 2016

DESAIN PEMBELAJARAN



DESAIN PEMBELAJARAN
A.     Pendahuluan
Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual saja atau usaha guru kepada murid. Melainkan juga usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam mengelola pendidikan di sekolah, usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengelola siswa di rumah maupun juga mengelola di siswa di lingkungan masyarakat. Anak itu berbeda-beda bukan hanya dipengaruhi oleh bakat dan minat saja, melainkan dipengaruhi banyak hal. Dari faktor banyak hal tersebut seorang guru dituntut untuk lebih menguasai kesemuanya itu. Dari sini lah desain pembelajaran hadir untuk mempersiapkan atau untuk memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya. Dengan desain pembelajaran ini guru bisa mengatur dan mengelola pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan, bakat, minat serta keadaan psikologis siswa.
 Desain pembelajaran merupakan hal yang begitu penting bagi seseorang yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, lebih-lebih seorang guru. Guru memiliki tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran). Supaya seorang guru dapat menyusun perencanaan pengajaran dengan baik, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran dan memahami strategi pengajaran. Oleh sebab itu kita harus memahami terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan desain pembelajaran? Serta menjelaskan kiteria desain pembelajaran Dan menguraikan modul desain pembelajaran.

Dari adanya pemahaman dari seorang guru mengenai desain pembelajaran nantinya diharapkan guru mampu mengaplikasikannya, sehingga dapat memberikan peningkatan kepada mutu pendidikan di Indonesia. Namun, tidak hanya sekedar dengan memahami saja, mengaplikasikannya saja perlu juga usaha sungguh-sungguh yang dilakukan guru, siswa, orangtua, masyarakat dan juga pemerintah untuk merubah pendidikan untuk mencapai pendidikan yang ideal.
Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan profesional untuk mengembangkan pendidikan. Selain itu, para pelaku pendidikan juga diharapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pendidikan.
Untuk itulah perlu adanya cara atau metode untuk menjawab tangtangan-tantangan yang muncul seiring dengan berkembangnya waktu, maka muncullah cara atau metode yang disebut perencanaan dan desain pembelajaran yang diharapkan akan lebih memudahkan proses belajar mengajar, dan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam.

B.      Pengertian Desain Pembelajaran
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya.[[1]]
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran.[2]
Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan merancang “perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
C.     Model-Model Pengembangan Desain
1.       Model Pengembangan Pembelajaran Menurut Dick & Carey
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Carey, dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey. Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa urutan langkah-langkah. Urutan langkah-langkah ini tidaklah kaku. Tetapi sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak pengembang perangkat yang mengikuti urutan secara ajek dan berhasil mengembangkan perangkat yang efektif.
Adapun urutan perancangan dan pengembangan model ini adalah sebagai berikut:
1.       Identifikasi tujuan pengajaran (Identity Instructional Goals)
2.       Melakukan analisis instruksional (Conducting a Goal Analysis)
3.       Mengidentifikasi tingkah laku awal/karakteristik siswa (identity Entry Behaviours, Characteristic)
4.       Merumuskan tujuan kinerja (Write performance Objectives)
5.       Pengembangan tes acuan patokan (Develop-criterian-referenced test items)
6.       Pengembangan strategi pengajaran (Develop Instructional Strategy)
7.       Pengembangan atau memilih pengajaran (Develop and Select Instructional Materials)
8.       Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (Design and Conduct Formative Evaluation)
9.       Menulis perangkat (Design and Conduct Summative Evaluation)
10.   Revisi pengajaran (Instructional Revitions).[[3] ]

2.       Model Pengembangan Perangkat Four-D Model
Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran atau disingkat menjadi 4-P. Hal ini sesuai dengan gambar di bawah ini:
Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis)dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).
1.       Analisis Ujung Depan (front-end analysis)
2.       Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)
Tahap II: Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.       Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)
2.       Pemilihan media (media selection)
3.       Pemilihan format (format selection)
4.       Rancangan awal (initial design)
Tahap III: Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing).
Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1.       Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)
2.       Uji coba pengembangan (developmental testing)
Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (1) analisis pengguna, (2) menentukan strategi dan tema, (3) pemilihan waktu, dan (4) pemilihan media.
1.       Analisis PenggunaPenentuan
2.       strategi dan tema penyebaran
3.       Waktu
4.       Pemilihan media penyebaran

Untuk kepentingan penelitian, model pengembangan Thiagarajan, dkk (1974) yang ditetapkan di atas perlu disesuaikan dengan rancangan penelitian dalam batasan rasional.[[4]]

3.    Model Desain Pembelajaran Wong dan RoulersonWong dan Roulerson mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:
1.    Merumuskan tujuan
2.    Menganalisis tujuan tugas belajar Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
3.    Memilih metode dan media
4.    Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
5.    Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
4.    Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
PPSI mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.[5]
 Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
1.       Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indikator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
1)       Menggunakan istilah yang operasional
2)       Berbentuk hasil belajar
3)       Berbentuk tingkah laku
4)       Hanya satu jenis tingkah laku
2.       Pengembangan alat penilaian
1.    Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
2.    Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
3.       Kegiatan belajar
a.       Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b.       Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c.       Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
4. Pengembangan program kegiatan
         1. Merumuskan materi pelajaran
2. Menetapkan model yang dipakai
3. Alat pelajaran/buku yang dipakai
4. Menyusun jadwal
5. Pelaksanaan
1. Mengadakan pretest
2. Menyampaikan materi pelajaran
3. Mengadakan postte
4. Perbaikan

5.  Model J.E. Kemp
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu:
1.    Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
2.    Menganalisis karakteristik peserta didikMenentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
3.    Menentukan materi pelajaran
4.    Menetapkan penjajagan awal (pre test)
5.    Menentukan strategi belajar mengajar
6.    Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
7.    Mengadakan evaluasi.
6.  Model Briggs
   Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara 1) tujuan yang akan dicapai, 2) strategi untuk mencapainya, dan 3) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu:
1.       Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2.       Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3.       Perumusan tujuan
4.       Analisis tugas/tujuan
5.       Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.       Menentukan jenjang belajar
7.       Penentuan kegiatan belajar.
8.       Pemantauan bersama
9.       Evaluasi formatif
10.   Evaluasi sumatif


D.     Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Islam
Dari beberapa teori yang dipaparkan di atas teori-teori tersebut mempunyai kelebihan dan juga kelemahan masing-masing. Di sini penulis ingin mengembangkan pendidikan islam yang sesuai dengan teori yang diajarkan oleh Four-D Model
Pengembangan model pembelajaran yang berpijak pada pandangan konstruktivisme berbeda dengan pandangan behaviorisme (misalnya model Dick dan Carey). Model pengembangan pembelajaran yang konstruktivis memiliki beberapa karakteristik, diantaranya (1) proses pengembangan pembelajaran bersifat recursivenon-linier, dan tidak ada kepastian(chaos), (2) desain bersifat reflektif dan kolaboratif, (3) tujuan muncul dari pekerjaan desain dan pengembangan, (4) pembelajaran menekankan pada belajar dalam konteks yang bermakna, (5) evaluasi formatif menentukan, dan (6) data subyektif lebih bernilai.
1.       Define focus
Define focus dilakukan dengan cara membentuk tim pengembang (team partisipatory). Tugas tim ada 3, yakni (1) menciptakan dan mendukung tim partisipasi, (2) melakukan pemecahan masalah secara progresif, dan (3) mengembangkan pemahaman konstekstual.
Tim pengembang terdiri dari perwakilan pebelajar, pembelajar, desainer, seniman grafis, dan sebagainya. Tim bekerja mulai awal pengembangan produk sampai akhir. Anggota tim bisa melibatkan 1 -3 orang dari sudut pandang yang beragam, misalnya psikolog,. Mereka diharapkan dapat memberikan masukan dari sudut pandang yang berbeda.[6]
Dari pembentukan team ini nantinya akan diperoleh masukan-masukan dan masalah-masalah yang akan dihadapi. Sehingga nantinya bisa dihindari segala kemungkinan yang menjadi permasalahan.
2.        Design and Development Focus
Desain dan pengembangan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena terkait dengan pengembangan pronesis dan pemecahan masalah secara progresif. Ada 4 aktivitas dilakukan dalam desain dan pengembangan ini, yakni (1) memilih lingkungan, (2) memilih format produk dan media, (3) menentukan format penilaian, dan (4) mendesain dan mengembangan produk. Dalam memilih lingkungan dan format media perlu memperhatikan 3 karakteristik penting yaitu power, flexibility, and accessibility dengan 2 komponen, yakni (1) perlengkapan/peralatan desain (tools of design), misalnya chart, video, komputer, dan lain -lain, (2) proses desain (process of design). Prosedur evaluasi lebih menekankan pada evaluasi formatif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpul data yang diperlukan menggunakan metode observasi dan dukumentasi.
3.       Dissemination Focus
Sebagaimana model sistem desain pembelajaran pada umumnya, fokus desiminasi terdiri dari 4 kegiatan yakni (1) evaluasi, (2) produk akhir, (3) difusi, dan (4) adopsi. Pada tahap ini produk pengembangan digunakan pembelajaran di sekolah/kampus dalam kelas yang sebenarnya. Perlu ditegaskan bahwa produk hasil pengembangn mungkin hanya cocok untuk konteks lokal, bukanuntuk semua konteks pembelajaran
Dalam evaluasi, data-data yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Variabel-variabel yang diangkat lebih banyak bersifat kontekstual (ruang, waktu, kasus, masalah, materi) sehingga produk hasil pengembangan tidak dapat digeneralisasikan untuk semua latar (setting). Kerja yang berubah-ubah inilah kunci kesulitan dalam merancang pembelajaran konstruktivistik..[7]



E.      Kesimpulan
1.    Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik
2.    Dalam bidang pendidikan desain pendidikan berkenaan dengan kurikulum, konseling, administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
3.    Dalam desain pembelajaran terdapat banyak model desain diantaranya:
1.    Model  Walter Dick & Lou Carey..
2.    Model Pengembangan Perangkat Four-D Model
3.    Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
4.    Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
5.    Model J.E. Kemp
6.    Model Briggs
4.    Dalam pengembangan desain pembelajaran pendidikan Islam ini lebih cocok menggunakan teori Dick & Carey dengan beberapa pertimbangan diantaranya:
1.    Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
2.    teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan
3.    Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti
4.    Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.
• Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.












DAFTAR RUJUKAN

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, Boston: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 1937.
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.
Gagne, Robert,M. The Conditions of Learning, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977




[1] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 95
[3] Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, (Boston: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 1937), h. 1
[4] Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.

[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran …, h. 75
[7] Ibid.,



[1] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 95

[3] Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, (Boston: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 1937), h. 1
[4] Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.

[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran …, h. 75
[7] Ibid.,