DESAIN
PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Pendidikan
di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual saja atau
usaha guru kepada murid. Melainkan juga usaha-usaha yang dilakukan oleh guru
dalam mengelola pendidikan di sekolah, usaha-usaha yang dilakukan guru dalam
mengelola siswa di rumah maupun juga mengelola di siswa di lingkungan
masyarakat. Anak itu berbeda-beda bukan hanya dipengaruhi oleh bakat dan minat
saja, melainkan dipengaruhi banyak hal. Dari faktor banyak hal tersebut seorang
guru dituntut untuk lebih menguasai kesemuanya itu. Dari sini lah desain
pembelajaran hadir untuk mempersiapkan atau untuk memudahkan guru dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan desain pembelajaran ini guru bisa mengatur dan
mengelola pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan, bakat, minat serta keadaan
psikologis siswa.
Desain
pembelajaran merupakan hal yang begitu penting bagi seseorang yang akan
melaksanakan tugas atau pekerjaannya, lebih-lebih seorang guru. Guru memiliki
tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran). Supaya seorang guru dapat
menyusun perencanaan pengajaran dengan baik, maka harus memperhatikan
prinsip-prinsip pengajaran dan memahami strategi pengajaran. Oleh sebab itu
kita harus memahami terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan desain pembelajaran?
Serta menjelaskan kiteria desain pembelajaran Dan menguraikan modul desain
pembelajaran.
Dari adanya pemahaman dari seorang guru mengenai desain pembelajaran nantinya
diharapkan guru mampu mengaplikasikannya, sehingga dapat memberikan peningkatan
kepada mutu pendidikan di Indonesia. Namun, tidak hanya sekedar dengan memahami
saja, mengaplikasikannya saja perlu juga usaha sungguh-sungguh yang dilakukan
guru, siswa, orangtua, masyarakat dan juga pemerintah untuk merubah pendidikan
untuk mencapai pendidikan yang ideal.
Seiring
dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh
elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pendidikan dituntut
untuk lebih kreatif dan profesional untuk mengembangkan pendidikan. Selain itu,
para pelaku pendidikan juga diharapkan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pendidikan.
Untuk
itulah perlu adanya cara atau metode untuk menjawab tangtangan-tantangan yang
muncul seiring dengan berkembangnya waktu, maka muncullah cara atau metode yang
disebut perencanaan dan desain pembelajaran yang diharapkan akan lebih
memudahkan proses belajar mengajar, dan khususnya yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam.
B.
Pengertian
Desain Pembelajaran
Istilah pengembangan
sistem instruksional (instructional system development) dan desain
instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau
setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun
menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata
“desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana
pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya.[]
Desain pembelajaran dapat
dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu,
sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran
membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan,
penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada
berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan
pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana
serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai
proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran
dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu
pembelajaran.
Desain pembelajaran
merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem
penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan
pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain
pembelajaran.
Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara
efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal
dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan merancang
“perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses
ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara
pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam
latar berbasis komunitas.
C. Model-Model Pengembangan Desain
1. Model Pengembangan
Pembelajaran Menurut Dick & Carey
Perancangan pengajaran
menurut sistem pendekatan model Dick & Carey, dikembangkan oleh Walter Dick
& Lou Carey. Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan
dilewati di dalam proses pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa
urutan langkah-langkah. Urutan langkah-langkah ini tidaklah kaku. Tetapi
sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak pengembang
perangkat yang mengikuti urutan secara ajek dan berhasil mengembangkan
perangkat yang efektif.
Adapun
urutan perancangan dan pengembangan model ini adalah sebagai berikut:
1.
Identifikasi tujuan
pengajaran (Identity Instructional Goals)
2.
Melakukan analisis
instruksional (Conducting a Goal Analysis)
3.
Mengidentifikasi tingkah
laku awal/karakteristik siswa (identity Entry Behaviours, Characteristic)
4.
Merumuskan tujuan kinerja
(Write performance Objectives)
5.
Pengembangan tes acuan
patokan (Develop-criterian-referenced test items)
6.
Pengembangan strategi
pengajaran (Develop Instructional Strategy)
7.
Pengembangan atau memilih
pengajaran (Develop and Select Instructional Materials)
8.
Merancang dan
melaksanakan evaluasi formatif (Design and Conduct Formative Evaluation)
9.
Menulis perangkat (Design
and Conduct Summative Evaluation)
10.
Revisi pengajaran (Instructional
Revitions).[ ]
2. Model Pengembangan
Perangkat Four-D Model
Model ini terdiri dari 4
tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau
diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan,
pengembangan, dan penyebaran atau disingkat menjadi 4-P. Hal ini sesuai dengan
gambar di bawah ini:
Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah
tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran.
Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis
ujung depan (front-end analysis), analisis siswa (learner analysis),
analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept
analysis)dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying
instructional objectives).
1.
Analisis Ujung
Depan (front-end analysis)
2.
Perumusan Tujuan
Pembelajaran (specifying instructional objectives)
Tahap II: Design (Perancangan)
Tahap perancangan
bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus
dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test
construction), (2) pemilihan media (media selection) yang
sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan
format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan
ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4)
membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang
dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.
Penyusunan tes acuan
patokan (constructing criterion-referenced test)
2.
Pemilihan media (media
selection)
3.
Pemilihan format (format
selection)
4.
Rancangan awal (initial
design)
Tahap III: Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah
tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua
langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang
diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing).
Tujuan tahap pengembangan
ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah
melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil
ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1.
Validasi
ahli/praktisi (expert appraisal)
2.
Uji coba
pengembangan (developmental testing)
Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)
Proses diseminasi
merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk
mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu,
suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan
bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat.
Beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (1) analisis
pengguna, (2) menentukan strategi dan tema, (3) pemilihan waktu, dan (4)
pemilihan media.
1.
Analisis
PenggunaPenentuan
2.
strategi dan tema
penyebaran
3.
Waktu
4.
Pemilihan media
penyebaran
Untuk
kepentingan penelitian, model pengembangan Thiagarajan, dkk (1974) yang
ditetapkan di atas perlu disesuaikan dengan rancangan penelitian dalam batasan
rasional.[]
3. Model Desain Pembelajaran
Wong dan RoulersonWong dan Roulerson mengemukakan 6 langkah pengembangan desain
intruksional yaitu:
1. Merumuskan tujuan
2.
Menganalisis tujuan tugas
belajar Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang
tepat.
3.
Memilih metode dan media
4.
Mensintesiskan
komponen-komponen pembelajaran
5.
Melakasanakan rencana,
mengevaluasi dan memberi umpan balik.
4. Model Pengembangan Desain
Sistem Intruksional PPSI
PPSI
mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana
pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari
seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain
secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.Dengan
demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan
pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
diharapkan secara efektif dan efisien.
Model
pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
1. Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan
tujuan/kompetensi beserta indikator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4
kriteria sebagai berikut:
1)
Menggunakan istilah yang
operasional
2)
Berbentuk hasil belajar
3)
Berbentuk tingkah laku
4)
Hanya satu jenis tingkah
laku
2. Pengembangan alat penilaian
1. Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai
tercapai tidaknya tujuan
2. Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing
tujuan
3. Kegiatan belajar
a.
Merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b.
Menetapkan kegiatan
belajar yang tak perlu ditempuh
c.
Menetapkan kegiatan yang
akan ditempuh
4. Pengembangan program
kegiatan
1.
Merumuskan materi pelajaran
2. Menetapkan model yang
dipakai
3. Alat pelajaran/buku
yang dipakai
4. Menyusun jadwal
5. Pelaksanaan
1. Mengadakan pretest
2. Menyampaikan materi
pelajaran
3. Mengadakan postte
4. Perbaikan
5. Model J.E. Kemp
Menurut
Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari
8 langkah yaitu:
1. Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar
Kompetensi.
2. Menganalisis karakteristik peserta didikMenentukan TIK atau
Kompetensi Dasar.
3. Menentukan materi pelajaran
4. Menetapkan penjajagan awal (pre test)
5. Menentukan strategi belajar mengajar
6. Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas,
alat, waktu dan tenaga.
7. Mengadakan evaluasi.
6.
Model Briggs
Model
pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan
antara 1) tujuan yang akan dicapai, 2) strategi untuk mencapainya, dan 3)
evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10
langkah pengembangan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan
instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut
pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang
lebih spesifik.
3. Perumusan tujuan
4. Analisis tugas/tujuan
5. Penyiapan evaluasi hasil belajar
6. Menentukan jenjang belajar
7. Penentuan kegiatan belajar.
8. Pemantauan bersama
9. Evaluasi formatif
10. Evaluasi sumatif
D. Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Islam
Dari
beberapa teori yang dipaparkan di atas teori-teori tersebut mempunyai kelebihan
dan juga kelemahan masing-masing. Di sini penulis ingin mengembangkan
pendidikan islam yang sesuai dengan teori yang diajarkan oleh Four-D
Model
Pengembangan model pembelajaran yang berpijak pada pandangan konstruktivisme
berbeda dengan pandangan behaviorisme (misalnya model Dick dan Carey). Model
pengembangan pembelajaran yang konstruktivis memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya (1) proses pengembangan pembelajaran bersifat recursive, non-linier,
dan tidak ada kepastian(chaos), (2) desain bersifat reflektif dan
kolaboratif, (3) tujuan muncul dari pekerjaan desain dan pengembangan, (4)
pembelajaran menekankan pada belajar dalam konteks yang bermakna, (5) evaluasi
formatif menentukan, dan (6) data subyektif lebih bernilai.
1. Define focus
Define focus dilakukan
dengan cara membentuk tim pengembang (team partisipatory). Tugas tim ada
3, yakni (1) menciptakan dan mendukung tim partisipasi, (2) melakukan pemecahan
masalah secara progresif, dan (3) mengembangkan pemahaman konstekstual.
Tim pengembang terdiri
dari perwakilan pebelajar, pembelajar, desainer, seniman grafis, dan sebagainya.
Tim bekerja mulai awal pengembangan produk sampai akhir. Anggota tim bisa
melibatkan 1 -3 orang dari sudut pandang yang beragam, misalnya psikolog,.
Mereka diharapkan dapat memberikan masukan dari sudut pandang yang berbeda.
Dari pembentukan team ini
nantinya akan diperoleh masukan-masukan dan masalah-masalah yang akan dihadapi.
Sehingga nantinya bisa dihindari segala kemungkinan yang menjadi permasalahan.
2. Design and Development
Focus
Desain dan pengembangan
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena terkait dengan
pengembangan pronesis dan pemecahan masalah secara progresif. Ada 4 aktivitas
dilakukan dalam desain dan pengembangan ini, yakni (1) memilih lingkungan, (2)
memilih format produk dan media, (3) menentukan format penilaian, dan (4)
mendesain dan mengembangan produk. Dalam memilih lingkungan dan format media
perlu memperhatikan 3 karakteristik penting yaitu power, flexibility,
and accessibility dengan 2 komponen, yakni (1) perlengkapan/peralatan
desain (tools of design), misalnya chart, video, komputer, dan lain
-lain, (2) proses desain (process of design). Prosedur evaluasi lebih
menekankan pada evaluasi formatif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpul
data yang diperlukan menggunakan metode observasi dan dukumentasi.
3. Dissemination Focus
Sebagaimana model sistem
desain pembelajaran pada umumnya, fokus desiminasi terdiri dari 4 kegiatan
yakni (1) evaluasi, (2) produk akhir, (3) difusi, dan (4) adopsi. Pada tahap
ini produk pengembangan digunakan pembelajaran di sekolah/kampus dalam kelas
yang sebenarnya. Perlu ditegaskan bahwa produk hasil pengembangn mungkin hanya
cocok untuk konteks lokal, bukanuntuk semua konteks pembelajaran
Dalam evaluasi, data-data
yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Variabel-variabel yang diangkat lebih
banyak bersifat kontekstual (ruang, waktu, kasus, masalah, materi) sehingga
produk hasil pengembangan tidak dapat digeneralisasikan untuk semua latar (setting).
Kerja yang berubah-ubah inilah kunci kesulitan dalam merancang pembelajaran
konstruktivistik..
E. Kesimpulan
1. Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik
2.
Dalam bidang pendidikan
desain pendidikan berkenaan dengan kurikulum, konseling, administrasi,
evaluasi, dan pembelajaran. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa yang akan
diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
3. Dalam desain pembelajaran terdapat banyak model desain
diantaranya:
1.
Model
Walter Dick & Lou Carey..
2.
Model Pengembangan
Perangkat Four-D Model
3.
Model Desain Pembelajaran
Wong dan Roulerson
4.
Model Pengembangan Desain
Sistem Intruksional PPSI
5.
Model J.E. Kemp
6.
Model Briggs
4.
Dalam pengembangan desain
pembelajaran pendidikan Islam ini lebih cocok menggunakan teori Dick &
Carey dengan beberapa pertimbangan diantaranya:
1.
Setiap langkah jelas,
sehingga dapat diikuti
2.
teratur, Efektif dan
Efisien dalam pelaksanaan
3.
Merupakan model atau
perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti
4.
Adanya revisi pada
analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik,
karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada
analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi
kesalahan pada komponen setelahnya.
• Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang
dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.
DAFTAR
RUJUKAN
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.
Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of
Intrustion, Boston: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data,
1937.
Thiagarajan, S., Semmel,
D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis,
Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of
Minnesota.
Gagne, Robert,M. The Conditions of Learning, Holt, Rinehart and
Winston, New York, 1977
[1] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 95
[3] Walter Dick &
Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, (Boston: Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data, 1937), h. 1
[4] Thiagarajan, S.,
Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis,
Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of
Minnesota.
[5] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran …, h. 75
Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 95
Thiagarajan,
S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis,
Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of
Minnesota.