Minggu, 08 Mei 2016

ASAS-ASAS ROSES PENGEMBANGAN BAHAN AJAR



                                  
BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
                        Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan dalam garis besar dalam bentuk materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan yang dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak siswa. Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan menerapkan bahan ajar yang telah dikembangkan tersebut, diharapkan diperoleh alternatif bagi guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan berjalan lebih optimal dan bervariasi dan pada akhirnya hasil belajar maupun aktivitas peserta didik diharapkan juga meningkat.

B.     Rumusan Masalah
          Dalam makalah ini kami memaparkan:
1.      Apa Pengertian Bahan Ajar?
2.       Bagaimana prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar ?
3.      Apa saja jenis-jenis bahan ajar?
4.       Bagaimana menentukan langkah-langkah pembuatan bahan ajar ?
5.      Bagaimana menentukan cakupan urutan bahan ajar ?
6.      Bagaimana menentukan sumber belajar ?
7.      Bagaimana penerapan Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar ?
8.      Bagaimana menentukan Materi prasyarat dan perbaikan, dan pengayaan?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Bahan Ajar
          Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
          Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
            Menurut Ahmad Sudrajad, bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/ suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.[[1]] Sedangkan menurut Abdul Majid, bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.[[2]]
          Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai
B.     Asas-asas Pengembangan Bahan Ajar
a.      Asas Filosofis
`     Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.[[3]]
Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara.

Filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Menurut Nasution  filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:[[4]]
a.       Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.
b.      Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
c.       Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
d.      Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
e.       Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah tercapai.

Asas ini berkaitan dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Tujuan pendidikan disesuaikan dengan filsafat negara. Filsafat yang dianut negara Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan pendidikannya akan bersesuaian pula dengan Pancasila. Tujuan pendidikan tiap negara berbeda satu sama lainnya dikarenakan perbedaan filsafat bangsa yang dianut. Yang perlu diketahui adalah adanya kejelasan filsafat. Filsafat yang tidak jelas berimbas pada tujuan pendidikan yang tidak jelas. Dan, konsekuensinya kurikulum yang digunakan pun menjadi kabur.
Beberapa aliran filsafat yang perlu diketahui antara lain:
1.       Aliran Prennialisme
Aliran filsafat ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang abadi, universal dan absolut. Kurikulum yang  diterapkan terdiri dari subject atau mata pelajaran yang terpisah. Mata pelajaran yang dianggap mampu mengembangkan kemampuan intelektual seperti Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi yang diajarkan. Sementara mata pelajran yang berkenaan dengan dan jasmani seperti seni rupa dan olahraga sebaiknya dikesampingkan.
2.      Aliran Idealisme
Aliran ini berpendapat bahwa kebenaran berasal dari Tuhan. Hampir semua agama menganut filsafat ini. Tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan. Oleh karena itu, kurikulum yang diterapkan di sekolah akan berorientasi keagamaan. Namun, pendidikan intelektual juga sangat diutamakan.
3.      Aliran Realisme
Hukum-hukum alam dapat ditemukan berdasarkan pengamatan dan penelitian karena prinsipnya, aliran filsafat realisme mencari kebenaran di dunia sendiri. Kurikulum yang disandarkan aliran filsafat ini mengutamakan pengetahuan yang esensial, sehingga pelajaran seperti keterampilan dan kesenian dianggap tidak perlu.
4.      Aliran Pragmatisme
Sebutan Instrumentalisme atau Utilitarianisme juga dipakai untuk aliran yang berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan pengalamannya ini. Tidak ada kebenaran mutlak karena kebenaran bersifat tentative dan dapat berubah. Untuk itu, sekolah yang berlandaskan aliran filasafat ini memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah. Aliran ini sering sejalan dengan aliran rekonstruksionalisme yang berpendirian bahwa sekolah harus berada pada garis depan pembangunan dan perubahan masyarakat karena sekolah dipandang sebagai masyarakat kecil.
5.      Aliran Ekstensialisme
Individu dipandang sebagai faktor yang ikut menentukan apa yang baik dan benar. Sekolah yang berlandaskan aliran filsafat ini mendidik anak agar dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri dan berani menolak otoritas orang lain sehingga kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib dan lain sebagainya yang berasal dari pihak luar pun ditolak.
b.       Asas Sosiologis
Anak dapat dididik dengan baik jika kita memahami masyarakat tempatnya hidup. Untuk itu perlu dipelajari keadaan, perkembangan, kegiatan dan aspirasi masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat membuat sekolah- sekolah harus bergerak cepat agar tetap relevan. Kemajuan teknologi memperbesar kebergantungan manusia terhadap manusia lainnya. Semua saling membutuhkan untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Masyarakat yang dinamis tidak mungkin lagi sesuai dengan penerapan kurikulum yang konservatif,  yaitu statis, kolot dan membatu. Bangsa yang telah merdeka seperti Indonesia tidak lagi pantas menggunakan rencana pelajaran bercorak kolonial. Lebih tepat jika digunakan kurikulum yang fleksibel yaitu kurikulum yang dapat diubah menurut kebutuhan dan keadaan
c.       Asas Psikologi
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai manusia oleh orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke -20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak.
Dari uraian diatas ada dua ilmu yang berada dalam anak
1.      Ilmu Jiwa Belajar ( Psikologi Belajar)
Pendidikan disekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak – anak dapat di didik. Anak – anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma- norma, dapat mempelajari macam – macam keterampilan. Kurikulum dapat di susun dan disajikan dengan jalan yang seefektif –efektifnya agar proses keberlangsungan belajar berjalan dengan baik.[[5]]
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar juga psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.[[6]]
2.      Ilmu jiwa anak
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi – situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke -20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam pengembangan kurikulum adalah:[[7]]
1.      Anak bukan miniatur orang dewasa.
2.       Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
3.      Faktor anak harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
4.      Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
5.      Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.
6.      Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

d.      Asas Organisatoris
Asas ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum. Ilmu jiwa asosiasi yang menganggap bahwa keseluruhan jumlah sebagian kurikulum merupakan mata pelajaran yang terpisah – pisah, yang mempunyai keuntungan dan juga kelemahan. Menurut Gestalt, prinsip keseluruhan mempengaruhi organisasi kurikulum yang telah di susun secara unit, tidak diadakan batasan antar mata pelajaran.[[8]]
Dilihat dari organisasinya, ada tiga kemungkinan tipe bentuk kurikulum:[[9]]
1.      Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, (separatet subjec curriculum).
2.      Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis dihubung-hubungkan (correlated curiculum).Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua / hampir semua maka pelajaran (integrated curriculum).
Pada seperated subjeck curriculum, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyak jenismata pelajaran dan menjadi sempit ruang lingkupnya.sedangkan correlated curriculum mata pelajaran itu di hubungkan antara satu dengan yang lainya, sehingga tidak berdiri sendiri – sendiri pada separated subject curriculum dan ini dibuat sebagai reaksi terhadap kurikulum yang di anggap kurang sempurna. Pada integrated curriculum, kurikulum dipadukan secara menyeluruh dan dalam kesatuan, dan diharapkan dapat membentuk manusia yang utuh.
Asas ini diterapkan dalam membentuk organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran serta penyajiannya kepada siswa. Bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutan dan cara menyajikannya. misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.
C.     Prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar
Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.[[10]] Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1.      prinsip relevansi
                        Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Yaitu keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD
2.      perinsip konsistensi
                        Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam
3.       Prinsip  kecukupan
              Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya[.[11]]
D.    Jenis-Jenis Bhan Ajar
1.      Bahan ajar pandang (visual) yang terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/market.
2.      Bahan ajar dengar (Audio) yaitu semua jenis bahan ajar yang menggunakan sistem sinyal audio langsung, yang dapat dimainkan atau di dengar oleh seorang atau sekelompok orang.[[12]] (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3.      Bahan ajar pandang dengar (audio visual) yang sering dengan bahan ajar pandang yakni segala sesuatu yang sering dikenal dengan bahan ajar pandang yaitu sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial.seperti video campact disk, filem.
4.      Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) yaitu bahan ajar yang dikombinasikan dari dua atau lebih media audio, grafik,gambaar,animasi dan vidio. Yang pengunannya dimanupulasi atau di beri perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah.[[13]]. Seperti CAI (Computer Assistented Instruction), Copack Disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis we (Web based learning materials).
E.      Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetnsi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar (Ghafur, 1986).[[14]]

          Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasikan aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu pencapaiannya (Ghafur, 1987).
2.      Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Reigeluth, 1987).
3.      Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
                        Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa . Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan system evaluasi atau penilaian yang berbeda-beda.

          Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
          Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konse, prinsip, prosedur, aspek sikap atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
          Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”
a.       Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untu menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “konsep”
b.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “prosedur”
c.       Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
d.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka atau tidak suka, indah atau tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai
e.       Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
F.  Menentukan cakupan dan urutan bahan ajar
a.       Menentukan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.[[15]]
b.      Menentukan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
G.    Sumber Bahan Ajar
            Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:[[16]]
a.       Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas,
b.      Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir,
c.       Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya,
d.      Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.,
e.       Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan,
f.       Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi.
g.      Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran,
h.      Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi,
i.        Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi, dan.
j.        Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi).

                        Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
J. Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar
          Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat di dua strategi, yaitu:[[17]]
a.       Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
          Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya:
1.      Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
2.      Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
3.      Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
4.      Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes,
5.      Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
6.      Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b.       Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
                        Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
1.      Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
2.      Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
3.      Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
4.      Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.

H.    Materi prasyarat dan perbaikan, dan pengayaan
            Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan pembekalan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial).[[18]]
                        Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment).
                        Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi.






BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
               Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai
Proses belajar yang efektif adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan  sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam rencana pembelajaran. Prosesnya tersebut adalah menjalakan serangkaian komponen-komponen pembelajaran dari mulai tujuan,materi, metode, dan evaluasi.
Proses pembelajaran adalah proses mengkondisikan dimana siswa dapat belajar dan memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Pengalaman belajar berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Dengan demikian untuk memperoleh pengalaman belajar tersebut, maka seorang tenaga pendidik perlu merancang bahan pembelajaran yang efektif agar siswa memiliki pengalaman belajar yang diharapkan.
Bahan pembelajaran apapun yang dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian kopetensi yang diinginkan
B.      SARAN
          Guru harus senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para mahasiswa serta guru harus selalu mempertimbangkan berapa banyak dari yang diajarkan itu masih diingat kelak oleh subjek belajar.










DAFTAR PUSTAKA
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rinneka Cipta. Jakarta.
Hidayati, 2009. Pengembangan modul pembelajaran kimia SMA/MA Kelas x semester 1 pada pokok bahasan ikatan kimia Model learning cycle 5-e sebagai penunjang kurikulum tingkat satuan pendidikan. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
Akhmad Sudrajat. Let’s talk About Education. Pengembangan bahan Ajar. Depdiknas. 2006. Pedoman pemilihan bahan ajar.
Muhaimin dkk, 2009. Pengembangan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Raja wali press. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
http://momoydandelion.blogspot.com/2011/07/langkah-memilih-dan-menentukan-bahan.html (diakses pada hari minggu tanggal 27 Oktober 2013 pukul 18:40 WIB)
Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:Diva Press
Rahmi,Aida dan Harmi Hendra.  2013. Pengembangan Bahan Ajar MI.Curup: Lp2 STAIN Curup
Ali Mudlofir, Aplikasi pengembangan kkurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,2011)
- Abdul Gafur , Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. (Solo: Tiga Serangkai, 1994),



[1] ] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/download-pengembangan-bahan-ajar/
[2] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung,: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.174
[3] http://tonipurwakarta.blogspot.com/2009/01/azas-azas-kurikulum.html
[4] Nasution, S . Asas-asas Kurikulum.( Jakarta: Bumi Aksara. 2008). Hlm. 28

[5] Muhammad Zein. Asas dan Pengembangan Kurikulum. ( Yogyakarta: Sumbangsih Offset. 1991). Hlm. 22.
[6] S. Nasution. Asas – Asas Kurikulum. ( Jakarta : Bumi Aksara. 1995). Hlm 13
[7] Ibid, Hlm 12
[8] Muhammad Zein. Asas dan Pengembangan Kurikulum. ( Yogyakarta: Sumbangsih Offset. 1991). Hlm 23- 24
[9] http://ancharyu.wordpress.com/2010/02/25/asas-pengembangan-kurikulum/
[10] Abdul Gafur , Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. (Solo: Tiga Serangkai, 1994), hlm. 17.

[11] Ali Mudlofir, Aplikasi pengembangan kkurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,2011), hlm. 130
[12] Andi Prastowo. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif ( Yogyakarta: Diva Press,2014) ,ha.l40
[13] Aida Rahmi dan Hendra Harmi . Pengembangan Bahan Ajar  MI (Curup: Lp2 STAIN Curup,2013),hal.15
[14] Abdul Gafur , Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. (Solo: Tiga Serangkai, 1994), hlm. 17.
[15] https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/
[16] https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/
[17] Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rinneka Cipta. Jakarta.

[18] https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar