BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Belajar adalah syarat mutlak untuk membuat
orang pandai dalam semua hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal
bidang keterampilan atau kecakapan Seorang bayi misalnya, dia harus belajar
berbagai kecakapan terutama sekali kecakapan motorik seperti belajar
menelungkup, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan “gejala
belajar” dalam arti mustahillah melakukan kegiatan itu kalau kita tidak belajar
terlebih dahulu.
Misalnya, kita mengenakan pakaian, menggunakan alat-alat makan,
berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita
menghormati atasan, kita mengemudikan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu,
karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari.
Belajar
merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari ketidak tahuan menjadi
tahu, dari ke samaran menjadi jelas, dan tentunya dalam proses pelaksanaan
belajar tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh yang datang sebagai stimulus
yang dapat merangsang cepat atau lambatnya bahkan berhasil atau tidaknya sebuah
proses belajar
Apa yang menjadikan semua
kegiatan itu suatu gejala belajar? Kemampuan untuk melakukan itu semua
diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka, terjadilah proses
perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu
terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku
inilah yang menandakan telah terjadinya proses belajar.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa
hal yang perlu dibahas?..
1.
Konsep apa saja yang mempengaruhi belajar?...
2.
Factor apa saja yang mempengaruhi belajar..?..
3.
Pengertian belajar,pembelajaran dan pengajaran..?..
4.
Bagaimana kreteria belajar yang sesungguhnya..?..
5.
Apa saja Unsur dan fase belajar.?..
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar
Belajar adalah kunci yang
paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat
tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena
demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan
eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih
luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Pengertian belajar
menurut James Owhittaker adalah “Learning is the process by
wich behavior (in the broader sense originated of changer through practice or
training)”, artinya Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti
luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).[[1]]
Menurut Syai’ful Bahri Djamarah
dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah serangkai kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotorik.[[2]]
Di bawah ini disampaikan
tentang pengertian belajar dari para ahli :
1.
Moh.
Surya “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.
2.
Bell-Gredler belajar
adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitude. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh
secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
3.
Witherington:
“Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan”.
4.
Crow
& Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan
sikap baru”.
5.
Hilgard:
“Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau
berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
6.
Di Vesta
dan Thompson: “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman”
7.
Gage
& Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul
karena pengalaman”
Belajar dilakukan dengan
sengaja atau tidak sengaja dengan guru atau tanpa guru, dengan bantuan orang
lain, atau tanpa dibantu dengan siapapun. Belajar juga diartikan sebagai usaha
untuk membentuk hubungan antara perangsang atau reaksi.
Berbagai definisi (rumusan)
tentang belajar telah dikemukakan oleh para ahli, yang semuanya sepakat bahwa
belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar dapat
didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.[3]
Menurut para pakar psikologi
belajar bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat
memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu
pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
organisme yang bersangkutan.[[4]
]
Setelah mengetahui defenisi
belajar seperti yang telah disebutkan di atas, maka berikut ini akan
dikemukakan salah satu contoh sebagai bentuk dari proses belajar. Seorang anak
balita (berusia di bawah 5 tahun) memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu
ia mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya pada suatu
permukaan atau dataran. Perilaku “memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan
respons atau reaksi atas rangsangan yang timbul/ada pada mainan itu (misalnya,
kunci dan roda mobil-mobilan tersebut).
Pada permulaan, respons anak
terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau
setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman
berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan
mobil-mobilan dengan baik dan sempurna. Sehubungan dengan contoh ini, belajar
dapat kita pahami sebagai proses yang dengan prose situ sebuah tingkah laku
ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau
rangsangan yang ada.[[5] ]
Ciri-ciri
belajar adalah (1) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada
diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau
kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta
keterampilan (psikomotor); (2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman.
Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara
dirinya dengan lingkungan. interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan
psikis; (3) perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup
permanen.[[6]]
B.
Pendekatan
dan Objek dalam Psikologi Belajar
Proses belajar dapat diketahui
dengan dua pendekatan, yaitu :
1.
Mempelajari
belajar langsung di lapangan yang sebenarnya atau biasa disebut dengan naturalistic
observation, yaitu cara pendekatan yang langsung pada peristiwa yang
terjadi secara alami.
2.
Pendekatan
melalui laboratorium yaitu mempelajari masalah belajar di laboratorium. Keadaan
laboratorium pada umumnya akan mereduksi keadaan sebenarnya.
Adapun yang menjadi objek atau
sasaran psikologi belajar ini adalah tertuju pada dua bagian yang berbeda
sebagaimana psikologi lainnya yang mempunyai dua objek yang tidak sama, yaitu
objek material dan objek formal.
Objek material psikologi
belajar adalah sasaran yang dipandang sebagai keseluruhan kajian psikologi
belajar dalam hal ini adalah manusia yang sedang belajar. Sedangkan objek
formalnya adalah bagian-bagian yang menjadi karakteristik psikologi belajar
yaitu si pelajar, materi pelajaran, dan proses pembelajaran.[[7]]
Ada beberapa aspek yang
menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, menurut Lukmanul
Hakim “Tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar yaitu: kepribadian, pandangan terhadap anak didik dan latar belakang
guru”.[[8]]
C.
Faktor
yang Mempengaruhi Belajar
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan faktor
psikologis.
a.
Faktor
Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam.
1.
Keadaan
jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
2.
Keadaan
fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula.
b.
Faktor
Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah
keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap, bakat, konsentersi, percaya diri, kebiasaan dan
cita-cita.
1.
Kecerdasan/intelegensi
siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi
kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses,
sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Setiap calon guru dan guru
profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelijensi siswa , baik
yang positif seperti superior maupun yang negatif
seperti borderline, lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar
siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak
mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan
terlampau mudah baginya. Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan
kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa
yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar
baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan
frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.[[9]]
2.
Motivasi
Motivasi adalah kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dala diri seseorang yang mendorong
untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan (kebutuhan).[[10]]
Sedangkan motivasi dalam
belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa dalam melakukan
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil
belajar sebaik mungkin.[11]
Dari
sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah
mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh
yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung
pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut
Arden N. Frandsen, yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara
lain adalah:
a.
Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
b.
Adanya
sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c.
Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting,
misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
d.
Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna baginya.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
3.
Ingatan
Secara
teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni: (1)
Menerima kesan, (2) Menyimpan kesan, dan (3) Memproduksi kesan
Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima
kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek
didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran,
kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik
pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan
alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa.
Di
samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian
ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran
berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang
menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada G (gudeg), D (dan), A (ayam), B
(bebek) dan sebagainya.
4.
Minat
Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu
diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.[[12]]
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya,
minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh
terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat
belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain:
a.
Dengan
membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,
baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar.
b.
Pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau
bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
5.
Sikap
Dalam
proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif.[[13]]
Sikap juga merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian.
Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima,
menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun
demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar
tersebut.
6.
Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi
proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial
yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.[[14]]
Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap
orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan
lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari
bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga
dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh
anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
7.
Konsentrasi
Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar
serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan
perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru
memberikan istirahat selingan beberapa menit.
8.
Rasa
Percaya Diri
Rasa
percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin
sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh
pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
Hal
yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat,
maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut
terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya
mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan bermacam-macam
penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.
9.
Kebiasaan
Belajar
Dalam
kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
a. Belajar pada akhir semester
b. Belajar tidak teratur
c. Menyia-nyiakan kesempatan belajar
d. Bersekolah hanya untuk bergengsi
e. Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
f. Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
g. Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
Kebiasaa-kebiasaan
buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil,
pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar
tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri
sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin
membelajarkan diri.
10. Cita-cita Siswa
Pada
umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu
merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas”
tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku
ikut-ikutan.
Cita-cita
sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita-cita harus
dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan
wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian
cita-cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari
hal yang sederhana ke yang semakin sulit.
Dengan
mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa
diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
2. Faktor Eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal
yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor
lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
A.
Lingkungan
Sosial
Yang
termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain
disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya.
Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan
keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap
kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
1.
Lingkungan
sosial sekolah Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku
yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
2.
Lingkungan
sosial masyarakat.
Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
3.
Lingkungan
sosial keluarga.
Lingkungan
ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
B. Lingkungan non Sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
1.
Lingkungan
alamiah
Adalah
lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal
ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak
didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari
kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari,
selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas.
Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar
dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.[[15]]
2.
Faktor
instrumental
Yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
3.
Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Factor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan
metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena
itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas
belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
C.
Belajar
dalam Konsep Pendidikan Islam
Belajar
merupakan proses dari perkembangan hidupa manusia. Dengan belajar, manusia
melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil
dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah
kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu
proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan
integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu
tujuan.[[16]]
Selanjutnya
dalam perspektif agama pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban
bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajad
kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surah
Al-Mujadalah ayat 11:Artinya: niscaya Allah akan
meningkatkan beberapa derajad kepada orang-orang dan “berilmu”.
Ilmu
dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan
zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.[[17]]
Agaknya
tidak ada satu pun agama, termasuk Islam, yang menjelaskan secara rinci dan
operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal), dan
proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan oleh manusia. Namun Islam, dalam
hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif (akal) dan fungsi
sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas.
Kata-kata kunci, seperti ya’qulun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un, dan
sebagainya yang terdapat dalam Al-Qura’an, merupakan bukti betapa pentingnya
penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu
pengetahuan.[[18]]
Berikut
ini kutipan firman-firman Allah dan Hadist Nabi SAW, baik yang secara eksplisit
maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu
pengetahuan.
1.
Allah
berfirman surat Al-Zumar ayat 9:
Artinya: apakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya, hanya orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran (Al-Zumar:
9)
Dalam
ayat ini Allah berusaha menekankan perbedaan orang yang berilmu dengan yang
tidak berilmu. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan orang yang berilmu itu
berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu itu mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi. Dan hanya orang-orang yang mempunyai akallah yang
bisa menerima pelajaran. Jadi orang yang tidak berakal susah untuk bisa
menerima pelajaran yang diajarkan.
2.
Allah
berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 36:
Artinya: Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya (Al-Isra: 36)
Dalam
ayat ini Allah menegaskan bahwa kita sebagai umat manusia janganlah membiasakan
diri untuk tidak mengetahui, dalam hal ini jangan sampai kita terbiasa tidak
tahu pada hal-hal yang seharusnya kita bisa mencari tahunya, sehingga kita
tahu. Tentu saja caranya yaitu dengan belajar.
Dalam
hadist riwayat Ibnu ‘Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda,Wahai
sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui
belajar (Qadhawi, 1989)
Dalam hadist ini Rasulullah
memerintahkan kita untuk belajar. Karena semua ilmu dan pengetahuan itu hanya
bisa didapatkan dari belajar. Jadi, agar kita berilmu maka kita harus belajar.
D. Pengertian belajar pembelajaran,dan pengajaran
a.
Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif
permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.[[19]]
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu
pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau
perilaku yang bersifat naluriah.[[20]]
Moh.
Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan
yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar
adalah perubahan dari diri seseorang.
b. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pendapat lain mengartikan bahwa
pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung secara efektif.
Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar,
guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan pendidik yang menimbulkan interaksi belajar mengajar dengan peserta didik untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan pendidik yang menimbulkan interaksi belajar mengajar dengan peserta didik untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa
pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan
bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa
itulah yang harus mendapatkannya. Pandangan-pandangan yang menekankan faktor
penting keaktifan siswa ini tentu saja tidak bermaksud mengecilkan arti penting
pengajaran. Namun pada kenyataannya pengajaran menjadi sesuatu yang terabaikan.
Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung
pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak
dipengaruhi oleh faktor pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Pandangan semacam ini akan memungkinkan guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut
Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Pandangan semacam ini akan memungkinkan guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut
a.
mengusahakan
lingkungan yang menguntungkan bagi kegiatan belajar;
b.
mengatur
bahan pelajaran dalam suatu organisasi yang memudahkan siswa untuk mencerna;
c.
memilih
suatu strategi mengajar yang optimal berdasarkan pertimbangan efektifitas dan
kondisi psikologis siswa serta pertimbangan lainnya yang sesuai dengan konteks
objektif di lapangan;
d.
memilih
jenis alat-alat audio visual atau media pembelajaran lain yang tepat untuk
keperluan belajar siswa.
Pada waktu yang sama, pandangan
tersebut akan menyarankan cara-cara yang dapat mendorong dan memotivasi siswa
untuk siap, mau dan mampu belajar. Hal ini pada gilirannya akan mengarah secara
langsung kepada suatu teori motivasi dan kepada suatu teori pendidikan tentang
pertumbuhan kepribadian.
c. Pengertian
Pengajaran
Pandangan mengenai konsep
pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan
perkembangan IPTEKS. Tanda-tanda perkembangan tersebut, dapat kita amati
berdasarkan pengertian-pengertian di bawah ini :
1. Pengajaran sama artinya dengan
kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan
pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif
bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama
artinya dengan perbuatan mengajar;
2.
Pengajaran
merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu
proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru
dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan siswa berperan sebagai
yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang
seimbang sekalipunn peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya;
3.
Pengajaran
sebagai suatu sistem.Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan
hanya sebagai suatu proses atau prosedur belaka.
Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni :
Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni :
a.
Profesi
guru,
b.
Perkembangan
dan pertumbuhan siswa/peserta didik,
c.
Tujuan
pendidikan dan pengajaran,
d.
Program
pendidikan dan kurikulum,
e.
Perencanaan
pengajaran,
f.
Strategi
belajar mengajar,
g.
Media
pengajaran,
h.
Bimbingan
belajar,
i.
Hubungan
antara sekolah dan masyarakat,
j.
Manajemen
pendidikan / kelas.
Proses pembelajaran
berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar mengajar. Dalm situasi
ini, terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu ; tujuan
pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan,
metode pembelajaran, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan situasi
pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak secara
dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam rangka membawa para
siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran merupakan
suatu pola yang didalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan dan
terarah serta bertujuan. Dalam istilah lain, kegiatan pembelajaran terdiri dari
: tahap perencanaan, pelaksanaan/implementasi, dan evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran
adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas
dari perencanaan pengajaran/pembelajaran/ pemelajaran yang sudah dibuat. Oleh
karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana
perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
E. Persamaan
Pembelajaran dan Pengajaran
1.
Sama-sama
proses utama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, baik pembelajaran maupun pengajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Karena keduanya merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, baik pembelajaran maupun pengajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Karena keduanya merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
2.
Menggunakan
guru sebagai pelaku, transfer dan pembimbing
Peran yang dimiliki oleh seorang guru dalam tahap ini adalah sebagai fasilitator dengan kata lain ialah sebagai pelaku dalam pentransferan pengetahuan sekaligus sebagai pembimbing. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.
Peran yang dimiliki oleh seorang guru dalam tahap ini adalah sebagai fasilitator dengan kata lain ialah sebagai pelaku dalam pentransferan pengetahuan sekaligus sebagai pembimbing. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.
3.
Tujuannya
sama-sama untuk perubahan atas sikap dan prilaku
Keduanya bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan secara sadar dan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu dan latihan berinteraksi dengan lingkungannya.
Keduanya bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan secara sadar dan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu dan latihan berinteraksi dengan lingkungannya.
F. Perbedaan
Pembelajaran dan Pengajaran
1.
Fokus
usaha pada guru adalah pengajaran (teaching) berfokus mengajar(i) atau transfer
kompetensi.
Pembelajaran (intructional) adalah bagian dari mengajar dan untuk mendidik dengan karakter yang khas atau memandu atau membimbing siswa dalam satu kompetensi tertentu yang ditentukan dalam KTSP, yang menjadi pusat dalam pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa adalah sebagai bawahan atau dianggap siswa tidak mengetahui apa-apa (komunikasi satu arah).
Pembelajaran (intructional) adalah bagian dari mengajar dan untuk mendidik dengan karakter yang khas atau memandu atau membimbing siswa dalam satu kompetensi tertentu yang ditentukan dalam KTSP, yang menjadi pusat dalam pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa adalah sebagai bawahan atau dianggap siswa tidak mengetahui apa-apa (komunikasi satu arah).
2.
Fokus
hasil pengajaran siswa mampu mendapatkan suatu potensi dari RPP yang digariskan
menurut kurikulum, fokusnya siswa biasa belajar mau, terampil dan membangkitkan
kemauan belajar.
Dari segi guru, proses tersebut dapat
diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses
inteernal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses
tersebut ”tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku
tersebut tampak pada tindak-tindak belajar tentang beberapa mata pelajaran yang
merupakan respon siswa terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari
guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain instruksional
guru. Dalam desain intruksional, guru membuat tujuan instruksional khusus, atau
sasaran belajar.
Adapun hubungan pembelajaran dalam
rangka emansipasi diri siswa menuju kemandirian adalah:
1.
Guru
yang membuat desain instruksional memandang siswa sebagai partner yang memiliki
asas emansipasi diri menuju kemandirian. Guru menyusun acara pembelajaran.
2.
Siswa
memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
3.
Tujuan
pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan
sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru.
4.
Kegiatan
belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak
pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar, wujudnya adalah berbagai
bidang studi di sekolah.
5.
Proses belajar merupakan hal yang dialammi
oleh siswa, suatu respons terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan
oleh guru. Dalam proses ini, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotoriknya.
6.
Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar.
Perilaku tersebut dapat berupa perilaku yang tak dikehendaki dan yang
dikehendaki. Hanya perilaku-perilaku yang dikehendaki yang diperkuat
7.
hasil
belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru.
8.
Setelah
siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri.
Guru membuat desain instruksional
yang berlaku bagi semua siswa dan juga merumuskan tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus juga disebut sebagai
sasaran belajar siswa, sebab rumusan tujuan tersebut diorientasikan bagi
kepentingan siswa memperhitungkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
Dari segi guru, tujuan instruksional
dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak belajar dengan acuan berbeda.
Tujuan instruksional (umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku
secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari
tujuan pendidikan nasional. Acuan tersebut, berarti juga mengaitka pada bahan
belajar yang harus diajarkan oleh guru.
Dari segi siswa, sasaran belajar
tersebut merupakan panduan belajar yang dapat diketahui oleh siswa sebagai
akibat adanya informasi guru Panduan belajar tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan
kriteria keberhasilan belajar. Karenakeberhasilan belajar siswa merupakan
prasyarat begi program belajar selanjutnya. Dengan keberhasilan belajar, maka
siswa akan menyusun program belajar dan tujuan belajar sendiri.
G. Kreteri belajar,
Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Pemilihan
strategi pembelajaran yang akan digunakan dalm proses pembelajaran harus
beriontasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus
disesuikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi,atau
kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat bebrapa
metode atau teknik pembelajaran yang akan digunakan oleh guru, tetapi tidak
semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu
dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Mager (1977:54) menyampaikan beberapa criteria yang dapat
digunakan dalam memilih strategi pembelajaran sebagi berikut :[[21]]
1.
Berorientasi pada tujuan
pembelajaran Tipe
prilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik misalnya menyusun
bagian analis pembelajaran. Berart metode yang paling dekat dan sesuai yang
dikehendaki oleh TPK adalah latihan atau praktek langsung.
2.
Pilih teknik pembelajaran sesuai
dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti, misalnya
setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pintar memprogram data computer.
Berarti metode yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis
kasus atau pemecahan masalah.
3.
Gunakan media pembelajaran yang
sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indra peserta didik. Artinya dalam
satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas
fisik maupun psikis. Misalnya menggunakan OHP. Dlam menjelaskan suatu bagan,
lebih baik guru menggunakan OHP daripada hanya berceramah, karena penggunaan
OHP memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengar penjelasan
guru.
H.
Unsur-unsur belajar
Unsur-unsur
belajar sangat diperlukan dalam proses pendidikan. Terutama bagi siswa dan guru
itu sendiri. Cronbach (1954) dalam nana Syaodih Sukmadinata (2007) mengemukakan
adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu sebagai berikut:[[22]]
1.
Tujuan.
Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini
muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan.
2.
Kesiapan.
Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak atau individu perlu
memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa
kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan
kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
3.
Situasi.
Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar
ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari,
orang-orang yang turut bersangkut dalam kegiatan belajar, serta kondisi siswa
yang belajar.
4.
Interpretasi.
Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat
hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari
hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
5. Respons.
Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak
mungkin mencapai tujuan yang diharapkan maka ia memberikan respon.
6. Konsekuensi.
Setiap
usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi, entah itu keberhasilan
ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa.
Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan
lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.
7. Reaksi terhadap kegagalan.
Selain keberhasilan, kemungkinan yang lain diperoleh siswa dalam belajar adalah
kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi
siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa
menurunkan semangat, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan
semangat yang berlipat ganda untuk menembus dan menutupi kegagalan tersebut.
I.
Fase
- Fase dalam Proses Belajar
Dalam
proses belajar aktivitas tertentu ataupun aktivitasnya adalah sebagai berikut:[23]
Proses
dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan
ke depan” menurut Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang
menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Dalam
psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu
(Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan
perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Menurut
Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :
a.
Fase
informasi (tahap penerimaan materi)
b.
Fase
transformasi (tahap pengubahan materi)
c.
Fase evaluasi
(tahap penilaian materi)
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya
psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3
tahapan, antara lain :
1. Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
2. Storage (tahap penyimpanan informasi)
3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Hasil
belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajaranya.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan
atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami
aktivitas belajar.
Gagne mengungkapkan ada lima
kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul,
strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga
tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan
merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana,
1990:22).
Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
a.
Faktor
dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, etekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis.
b.
Faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil
belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar
mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a).
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh
dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
b). Menambah
keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya
bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
c). Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi
dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya.
d). Hasil
belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah
psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
e). Kemampuan
siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam
menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha
belajarnya
Sedangkan faktor yang mempengaruhi dalam jalur belajar Menurut Rola (2006), terdapat empat faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:[[24]]
a. Pengaruh
keluarga dan kebudayaan
Besarnya kebebasan yang diberikan orang tua kepada
anaknya, jenis pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam keluarga
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan prestasi. Produk-produk
kebudayaan pada suatu daerah seperti cerita rakyat, sering mengandung tema
prestasi yang bisa meningkatkan semangat.
b. Peranan konsep diri
Konsep diri merupakan bagaimana individu berpikir tentang
dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan
sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga
berpengaruh dalam tingkah lakunya.
c. Pengaruh dari peran jenis kelamin
Prestasi akademik yang tinggi biasanya diidentikkan
dengan maskulinitas, sehingga banyak wanita yang belajar tidak maksimal
khususnya jika wanita tersebut berada di antara pria. Pada wanita terdapat
kecenderungan takut akan kesuksesan yang artinya pada wanita terdapat
kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya
memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep tersebut masih
diperdebatkan.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Belajar adalah kunci yang
paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat
tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena
demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan
eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih
luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Pengertian belajar menurut James Owhittaker adalah
“Learning is the process by wich behavior (in the broader sense originated
of changer through practice or training)”, artinya Belajar adalah proses
dimana tingkah laku (dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek
atau latihan)
Faktot-faktor
yang memprngaruhi belajar
a.
Faktor
Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
3.
Keadaan
jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
4.
Keadaan
fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula.
b. Faktor
Psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat, konsentersi, percaya
diri, kebiasaan dan cita-cita.
c. Pengertian belajar pembelajaran,dan pengajaran
Pengertian
Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Pengertian Pembelajaran Pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pendapat lain mengartikan
bahwa pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung secara efektif.
Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar,
guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Pengajaran sama artinya dengan
kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan
pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif
bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama
artinya dengan perbuatan mengajar;
d.
Kreteri
belajar,
Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Pemilihan
strategi pembelajaran yang akan digunakan dalm proses pembelajaran harus
beriontasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus
disesuikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi,atau
kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat bebrapa
metode atau teknik pembelajaran yang akan digunakan oleh guru, tetapi tidak
semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu
dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
e.
Unsur-unsur belajar
Unsur-unsur
belajar sangat diperlukan dalam proses pendidikan. Terutama bagi siswa dan guru
itu sendiri. Cronbach (1954) dalam nana Syaodih Sukmadinata (2007) mengemukakan
adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu sebagai berikut:
diantaranya tujusn, keadaan, situasi,
interprestasi, respon, konsekuensi, reaksi terhadap kegagalan,
f.
Fase –fase
Menurut
Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :
d.
Fase
informasi (tahap penerimaan materi)
e.
Fase
transformasi (tahap pengubahan materi)
f.
Fase
evaluasi (tahap penilaian materi)
Demikianlah kesimpulan ini saya
simpulkan sesuai dengan apa yang ada dalam penjelasan dalam makalah ini , jika
nanti dalam pembahsan ada yang tidak sesuai atau pun melenceng dari topic
pembahasan kami mengharap saran dan kritik sudara semuanya demi keutuhan dan kesucian sebuah ilmu agar
terjaga martabat sejatinya ilmu , sekian dari kami wassalamualaikum wrb
DAFTAR
PUSTAKA
Atmaja, Prawira, Purwa, Psikologi Pendidikan dalam
Perspektif Baru, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012
Djali, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Djamarah, Bahri, Syaiful, Psikologi Belajar. Jakarta: CV Rineka Cipta.
2002
Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima.
2010
Mardianto. Psikologi Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2009
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan
Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran.Jakarta: Delia Press, 2004
Slameto, Belajar dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1998
Sukmadinato, Syaodih, Nana, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2011
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2003
Winarsih, Varia dan Tarmizi. Diktat Psikologi Belajar. Medan, USU, 2010
Sagala, Syaiful. 2008.
”Konsep dan Makna Pembelajaran”. Bandung: Alfabeta.
Surya, Mohammad. 2004.
“Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran”. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Sutikno, Sobri M. 2008.
“Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: Prospect
Uus Ruswandi, A. Her
[6] Interner, http://mediaindonesia.co.cc/search/label/psikologi+belajar, diakses tanggal 24 Juni 2015
[11] Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampua
awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press. 2004. Hal. 42
[12] Slameto, Belajar dan faktor - faktor
yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003, hal. 57
[14] Nana Syaodih Sukamdinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2011, Hal 101
[17] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 93-94.
[18] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam
Perspektif Baru, Yogyakarta: Ar-ruzz Media,
2012, hlm. 226
[19] https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar
[20] http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
[21] http://duniakampus7.blogspot.co.id/2014/03/apa-saja-kriteria-strategi-pembelajaran.html
[22]
http://zuwaily.blogspot.co.id/2013/09/unsur-unsur-belajar.html#.VxtiI9R97Dc
[23]
http://evaaprilian27.blogspot.co.id/2014/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
[24] http://jalurilmu.blogspot.co.id/2011/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar